Konsultasi Anak dan Remaja ini diselenggarakan oleh ECPAT Indonesia bekerjasama dengan ECPAT International sebagai bagian dari kampanye media sosial untuk mencegah eksploitasi seksual terhadap anak. Kegiatan ini bertujuan untuk melibatkan anak dan remaja secara langsung dalam proses pengembangan dan penyesuaian pesan kampanye agar lebih relevan dan efektif dengan perspektif mereka. Pendekatan ini menekankan pentingnya partisipasi bermakna dari anak-anak dan remaja dalam menyuarakan pandangan mereka serta menentukan strategi komunikasi yang sesuai dengan kebiasaan media mereka.
Kegiatan yang dilaksanakan pada 16 April 2025 di Jakarta ini telah melibatkan sebanyak 27 peserta yang terdiri dari 14 perempuan dan 13 laki-laki. Mereka merupakan perwakilan dari berbagai organisasi dan komunitas seperti KOMPAK Jakarta, Youth Voice for Change, Forum Anak Nasional, dan beberapa kelompok remaja lainnya. Konsultasi dimulai dengan sesi pengantar mengenai kebijakan safeguarding dari ECPAT Indonesia, untuk memastikan bahwa anak-anak yang terlibat merasa aman, dihormati, dan dilindungi selama kegiatan berlangsung.
Dalam sesi utama, peserta menerima pemaparan mengenai perilaku seksual yang merugikan dan kekerasan dari teman sebaya, serta diperkenalkan dengan pesan-pesan kunci dari kampanye internasional yang sedang dijalankan oleh ECPAT. Peserta juga diajak menyaksikan beberapa video kampanye yang telah disiapkan. Setelahnya, peserta dibagi dalam kelompok untuk mendiskusikan dan mengevaluasi konten kampanye dari segi kesesuaian usia, sensitivitas budaya, serta bagaimana pesan tersebut dapat lebih mudah dipahami oleh remaja dan anak-anak.
Hasil dari diskusi kelompok menunjukkan bahwa peserta merasa pesan kampanye sangat relevan, karena kasus eksploitasi seksual terhadap anak sering terjadi di sekitar mereka, bahkan ada yang mengalaminya sendiri. Banyak dari mereka juga menyadari bahwa perilaku yang sebelumnya dianggap normal—seperti komentar seksual, relasi penuh tekanan, atau permintaan mengirim foto eksplisit—ternyata termasuk dalam bentuk eksploitasi. Ini menunjukkan bahwa konsultasi ini berhasil membuka pemahaman baru yang kritis bagi para peserta.
Para peserta menyampaikan sejumlah rekomendasi penting. Berikut adalah rekomendasinya :
- Pesan kampanye harus dikemas dalam bahasa yang lebih sederhana dan ramah anak.
- Beberapa adegan dalam video dinilai terlalu eksplisit untuk usia yang lebih muda, seperti adegan berciuman atau menunjukkan ketelanjangan, sehingga perlu disesuaikan.
- Strategi penyebaran kampanye sebaiknya memanfaatkan media sosial yang sering digunakan oleh anak muda, seperti TikTok, Instagram, YouTube, dan WhatsApp. Konten sebaiknya dibuat dalam format singkat, interaktif, dan menarik—seperti gabungan animasi dan infografik.
Peserta menekankan pentingnya keterlibatan aktif anak dan remaja dalam kampanye ini. Mereka merekomendasikan pembentukan peran-peran seperti pendidik sebaya, kreator konten, dan duta kampanye untuk mendistribusikan pesan secara lebih luas dan autentik. Kolaborasi dengan influencer ramah anak juga dianggap strategis dalam menjangkau audiens muda secara efektif. Kegiatan ini menjadi bukti bahwa ketika diberikan ruang dan pendekatan yang tepat, anak-anak dan remaja mampu memberikan kontribusi berarti dalam upaya pencegahan eksploitasi seksual terhadap anak.