Diskusi Film: Jamila dan Sang Presiden

SHARE
Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on whatsapp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on whatsapp
WhatsApp

Pada tanggal 26 November 2015, Himpunan Mahasiswa Kriminologi UI pada acara Kriminologi Festival mengadakan diskusi film Jamila dan Sang Presiden yang mengangkat isu perdagangan manusia. Dalam hal ini, ECPAT Indonesia yang diwakili oleh Ermelina Singereta, SH diundang sebagai salah satu pembicara dalam diskusi tersebut, selain itu juga ada Ferdinand T. Andi Lolo, SH.LLM.PHD, yang merupakan dosen jurusan Kriminologi Universitas Indonesia.

Film ini menggambarkan seorang perempuan yang menjadi korban perdagangan manusia. Ia, Jamila, menjadi korban perdagangan manusia sejak masih usia anak. Ia ditempatkan di wilayah prostitusi dan sehari-harinya harus melayani tamu-tamu yang datang ke tempat tersebut. Setelah dewasa Jamila tumbuh menjadi sosok perempuan cantik dan elegan. Kecantikan tersebut membuat Jamila mendapat perhatian dari banyak pengunjung hingga Jamila selalu mendapatkan orderan.

Suatu waktu Jamila berkenalan dengan seorang lelaki mapan yang berkiprah di dunia politik. Kemudian lelaki tersebut mengajak Jamila hidup bersama di sebuah rumah. Namun kecantikan Jamila tidak sebanding dengan kecerdasan dan kekritisan cara berpikirnya. Jamila tidak pernah mempertanyakan status perkawinan kepada suami sirinya, tidak pernah menanyakan alasan suami sirinya tidak mengajak Jamila dalam pertemuan keluarga. Hingga ia menjadi hancur setelah mendapatkan informasi bahwa suaminya menikah dengan perempuan pilihan keluarganya. Jamila marah dan kecewa dengan perlakuan suaminya tersebut.

Singkat cerita, perilaku suaminya pun berubah semenjak diangkat menjabat sebagai menteri di salah satu kementrian. Bahkan, untuk bertemu dengan suaminya, Jamila selalu tidak mendapat kesempatan. Hingga pada akhirnya, Jamila mendatangi sebuah acara yang akan dibuka oleh suaminya. Namun, lelaki tersebut malah marah melihat keberanian Jamila hadir pada acara tersebut.

Hal ini berujung pada pertengkaran yang sangat luar biasa antara Jamila dan suaminya. Kemudian, Lelaki tersebut menodongkan pistol, Jamila berusaha untuk membela diri. Namun, tanpa sengaja pelatuk pistol tersebut mengenai dada suaminya. Hal ini membawa Jamila pada meja hijau. Pada akhirnya, Jamila mendapatkan hukuman mati, ia dieksekusi setelah tidak adanya pengajuan grasi dari Jamila kepada presiden.

 

Diskusi Film:

Ada beberapa persoalan yang diangkat dalam Film ini diantaranya:

  1. Film ini menggambarkan kondisi masyarakat indonesia yang sangat miskin. Adanya ketimpangan atau kesenjangan sosial yang terjadi di masyarakat, yang miskin, menengah dan kaya, yang berpendidikan dan tidak berpendidikan, yang bekerja dan pengangguran. Pada film ini, menggambarkan bagaimana banyak pihak yang memanfaatkan rakyat miskin untuk berbagai kepentingan dan salah satunya diperdagangkan untuk tujuan seksual.
  2. Film ini juga menjelaskan mengenai rendahnya peran masyarakat dalam menjalankan fungsi kontrol sosial terhadap situasi yang ada di sekitar mereka.
  3. Penegakan hukum yang tidak adil. Pada kasus ini menjelaskan bagaimana sistem penegakan hukum indonesia yang sangat tidak berpihak kepada masyarakat miskin, kelompok rentan dan pada perempuan korban. Hukuman yang dijatuhkan pada kasus ini seharusnya tidak menggunakan hukuman mati, karena penembakan tersebut tidak dilakukan dengan sengaja, kejadian tersebut sebagai salah satu bentuk pembelaan diri Jamila terhadap perlakuan suaminya.
  4. Hukum Indonesia masih sangat patriarki.
  5. Hukum kita mengacu kepada sikap masyarakat kita yang memberikan dukungan kepada pihak-pihak tertentu tanpa mempertimbangkan keadilan yang sesungguhnya. Penjatuhan hukuman bisa berubah dari aturan hukuman dengan mempertimbangkan situasi politik negara.

Adanya kontrol dari masyarakat untuk melindungi warganya, maka dengan demikian aturan-aturan hukum pun bisa tidak digunakan atau dipakai. Namun yang menjadi persoalan sekarang adalah masyarakat kita semakin lemah dalam melakukan kontrol terhadap sesamanya. Kecendrungan kehidupan individual semakin terlihat, hal ini tentu memberikan dampak yang kurang baik bagi kehidupan bermasyarakat.

 

Ermelina Singereta, SH

 

 

 

SHARE
Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on whatsapp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on whatsapp
WhatsApp

Masukkan kata kunci pencarian...